Berita Kompas 10 Agustus 2011
Rabu, 10 Agustus 2011 | 17:37 WIB
http://sains.kompas.com/read/2011/08/10/06130766/Tes.Sidik.Jari.Deteksi.Narkoba.dan.Bom
Tes Sidik Jari Deteksi Narkoba dan Bom
Tri Wahono | Rabu, 10 Agustus 2011 | 06:13 WIB
KOMPAS.com - Tes sidik jari kelak dapat digunakan untuk mengecek apakah seseorang menggunakan narkoba atau membawa bom. Teknik ini sedang dikembangkan oleh peneliti dari Sheffield Hallam University, Inggris. Bagaimana bisa ya?
"Kami menggunakan bubuk khusus yang bisa membaca sidik jari dari kaca, kayu, logam dan kulit. Ketika bahan pelarut disemprotkan ke bubuk tersebut, semuanya akan larut menjadi kristal yang mengandung zat-zat kimia. Dari sini bisa dilihat apakah ada obat-obatan atau bahan peledak yang melekat di kulit," papar Simona Francese yang memimpin tim peneliti.
Teknik ini dapat digunakan kepolisian untuk mengetahui apakah seseorang pernah bersentuhan dengan narkoba atau bahan peledak. Bukan hanya itu, informasi tentang perilaku dan kebiasaan seseorang juga bisa digali.
Sidik jari tidak hanya memuat pola guratan, tapi juga materi dari permukaan kulit dan zat-zat yang dihasilkan kelenjar. Metode yang dipakai kepolisian saat ini hanya dapat memindai pola guratan untuk kemudian dibandingkan dengan basis data untuk mencari kecocokan. "Dengan cara lama, seseorang yang tidak memiliki catatan kriminal biasanya akan sulit ditemukan," kata Francese.
Metode yang baru akan mengambil banyak gambar dari sidik jari dari permukaan yang berbeda, menggunakan teknologi yang disebut Mass Spectrometry Imaging untuk menghasilkan tanda kimiawi yang detail. .
Dalam sebuah percobaan, ilmuwan bisa memastikan bahwa orang yang menjadi relawan dalam studi telah memegang kondom. Proses yang sama juga dapat mendeteksi obat-obatan yang telah dicerna. Francese sendiri menemukan kafein pada sidik jarinya sendiri. "Kadarnya meningkat dengan bertambahnya kopi yang saya minum," kata Francese usai membaca sidik jarinya.
UK Home Office menginvestasikan sedikitnya 80.000 Poundsterling untuk mendanai penelitian ini, dan Francese optimis jika sistem ini akan segera diterapkan di kepolisian. "Butuh waktu untuk mengintegrasikan setiap teknologi baru, tapi dugaan saya teknologi ini akan dipakai setidaknya dalam dua atau tiga tahun mendatang," katanya.(National Geographic Indonesia/Ni Ketut Susrini)
Sumber :
National Geographic Indonesia
Comments