Release dari PSYCHOBIOMETRIC RESEARCH Andrian Benny H, Praktisi FPA
MEMAHAMI SECARA LOGIS KEHADIRAN FINGERPRINT ANALISYS
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Sehubungan dengan masih banyaknya miskonsepsi mengenai metode fingerprint analysis di
masyarakat, dimana telah memunculkan berbagai komentar dari beberapa pihak secara
kontroversial, maka merupakan suatu kewajiban dari pihak-pihak yang secara kebetulan telah menggeluti bidang ini untuk menyampaikan permasalahan fingerpint analysis ini secara lebih terbuka. Pada dasarnya, ketidak mengertian mengenai obyek bahasan tertentu bisa melahirkan beberapa kemungkinan respon publik, diantaranya adalah kesalahpahaman yang mengakibatkan prasangka yang berlebihan dan menyudutkan.
Sehingga, dalam hal ini akan sulit dibedakan mana respon kritis yang membangun, dan mana respon kritis yang hanya bertujuan sensasional belaka.
Perlu juga diingatkan, bahwa di dunia ini terdapat berbagai sudut pandang dan aliran berfikir yang berbeda-beda. Pasca kelahiran abad renaisance, dimana telah terjadi euphoria kebebasan berfikir yang men-Tuhankan rasional logika, serta kemajuan di bidang ilmu pengetahuan yang bebas nilai dan telah munculnya kalangan yang menamakan dirinya “The Skeptical Society”.
Maka pembuktian ilmiah adalah segala-galanya. Oleh sebab itu, telah dikembangkan metodologi yang sangat ketat bagaimana sesuatu dikatakan diterima secara ilmiah berdasarkan versi mereka para ilmuwan tertentu yang mengembangkan metodologi lebih mengandalkan nalar semata. Dan hal tersebut adalah sangat baik dalam rangka menjaga bagaimana kita bisa tetap berfikiran kritis, sehat dan senantiasa tidak terjebak atas penyimpangan hal-hal yang diluar pemikiran manusia (pseudoscience).
Namun, sekalipun manusia memiliki potensi yang luar biasa, tidak berarti lahir tanpa keterbatasan.
Ketika kita menemukan sesuatu hal yang belum bisa dipahami secara keseluruhan, marilah kita pahami dari aspek-aspek termudah, dan yang terpenting adalah bagaimana sesuatu bisa memberikan inspirasi positif terhadap kehidupan kita. Sudah lama kalangan “The Skeptical Society” tidak mempercayai Tuhan, kejadian alam semesta dan kebenaran kitab suci. Namun telah terjadi kompromi, bahwa agama adalah sesuatu yang tidak boleh dimasuki dalam ranah pemikiran rasional logika. Bagaimanakah dengan hal-hal lain selain urusan agama?
Perdebatan pro dan kontra fingerprint analysis masih terus berlangsung, dan kemungkinan akan terus berlangsung lebih lama lagi. Hal ini disebabkan masalah pembuktian ilmiah yang tidak pernah memuaskan. Agak sulit menerangkan listrik itu apa, bagaimana bentuknya dan sebagainya. Namun kita akan dengan cepat belajar apa itu listrik ketika kita kesetrum. Sampai saat ini, keberadaan tentang MIND (otak) masih abstrak, tapi semua orang menyadari bahwa hal itu memang ada dalam
diri kita.
Makalah ini, berjudul “Memahami secara LOGIS kehadiran Fingeprint Analysis.”
Dimaksudkan untuk sekedar menjadi acuan para pihak secara step by step bagaimanakah Fingerprint Analysis itu bisa dipahami dari pendekatan logika. Jika yang dicari adalah bukti ilmiah otentik mengenai fingeprint analysis agar anda para kaum skeptis bisa menerima ini, maka tulisan dibawah ini akan sangat kurang memadai. Namun apabila kita masih mau open-mind terhadap permasalahan fingerprint analysis ini, mudah-mudahan secuil tulisan ini bisa membantu kita untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dalam rangka menyibak fenomena yang luar biasa tentang fingerprint ini.
Secara pribadi, saya sangat suka dengan tanggapan Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja (Guru Besar Emeritus Psikologi Universitas Padjajaran) terhadap fenomena fingerprint analysis ini. Tanggapan yang objektif namun sangat bersahaja dan bijaksana, sekaligus menyemangati kita semua untuk terus berkarya:
“Dengan demikian, terhadap banyaknya praktisi Analisa Jejak Sidik Jari, saya bersikap
skeptis ala Rusia, bahwa ‘Saya percaya, tetapi sebelum digunakan, mari buktikan dulu
secara ilmiah (dalam eksperimen)’. Saya tidak suka menggunakan skeptis Inggris yang
menjadi ciri berfikir ilmiah Barat berupa pernyataan, ‘Saya tidak percaya, sebelum kau membuktikannya’. Ilmu pengetahuan haruslah kreatif agar berkembang secara terus menerus sehingga pelakunya harus mendapatkan keleluasaan mengembangkan hasil
pemikirannya ...”
PEMAHAMAN DASAR LATAR BELAKANG KEHADIRAN FINGERPRINT ANALYSIS
Untuk bisa memahami fingerprint analysis, maka tidak bisa terlepas hubungannya dengan latar belakang tahapan-demi tahapan bagaimana kronologis beserta keterkaitan logisnya hingga muncul fingerprint analysis ini.
Fingerprint Analysis sebagai tools untuk mengetahui kepribadian dan kecerdasan seseorang memang termasuk terobosan/inovasi baru. Beberapa ilmuwan khususnya dari dunia timur seolah lebih antusias melakukan riset penelitian hubungan antara sidik jari dengan kepribadian dan kecerdasan ini. Para ilmuwan yang telah melakukan riset mengenai hal ini diantaranya adalah:
-Zaiguijun, Report on Study of Multivariat Intelligence, China.I Started to study the
correlation of dermatoglyph (fingerprints and palm patterns) and human intelligence since 1988. Through 19-year continous efforts, I have established a preliminary systematic in 1988. Through 19-year continous efforts, I have established a preeliminary systematic methode for intelligence measurement through Dermatoglyphic identification. I have succesfully made study, measurement and sampling of over 40 thousand people in 25 regions of China, and gradually improved the practice and theory of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification passed the Science and Technology Achievement Appraisal (YKYCZ9212) by Henan Academy of Science on Oct 4, 1992, and also passed the demonstration jointly presided by the Genetics Society of China, the Working Comittee for Popular Science Activities under China Psychological Society. Website www.zaiguijun.bokee.com.
-Dr. Mary Lai, Mind Measurement Education Association, Taipei, Taiwan, will return. She now has English translations of her work and both English and Chinese software for those who seek to collaborate in her palmar and plantar dermatoglyphic educational evaluation and human resource analysis. She, along with Wang Chenxia and another noted below, recently presented their work at the Sixteenth International Union of Anthropologists and Ethnologists Societies World Congress at the invitation of the IUAES and the Chinese Union of Anthropological and Ethnological Sciences,
lectured at the7th Conference of the Chinese Dermatoglyphics Association (a section of the IUAES) at Yunnan University in Kunming China. She has been working on her programs of child assessments for over a quarter of a century and collected prints of thousands of children she and her staff and students have evaluated in her research and counseling services. Web sitewww.mme.com.tw . Dean Lai has developed software to work with hardware scanning the palms and souls of the subjects for
consistent and reliable evaluations.
Juga terdapat beberapa jurnal penelitian:
1. Association between Finger Patterns of Digit II and Intelligence Quotient Level in Adolescents. Mostaf Najafi, MD, (2009), Department of Psychiatry, Shahrekord University of Medical Sciences, Shahrekord, IR Iran. Link:
http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/14053.pdf
2. Quantitative Dermatoglyphic Analysis in Persons with Superior Intelligence. M. Cezarik, dkk, 1996; link: http://www.collantropol.hr/_doc/Coll.%20Antropol.%2020%20%281996%29%202:%20413-418.pdf
3. Application and Development of Palmprint Research, Yunyu Zhou, dkk, (2001), link:
http://ai.pku.edu.cn/aiwebsite/research.files/collected%20papers%20-
%20palmprint/Application%20and%20development%20of%20palm%20print%20research.pdf
4. Analysis of dermatoglyphic signs for definition psychic functional state of human's organism, Anatoly Bikh,dkk; link:
http://www.foibg.com/ibs_isc/ibs-07/IBS-07-p06.pdf
5. Determining The Association Between Dermatoglyphics And Schizophrenia By Using Fingerprint Asymmetry Measures; Jen-Feng Wang, dkk; link:
http://www.eng.mu.edu/nagurka Wang_Determining%20the%20Association_IJPRAI2203_P601.pdf
6. Quantifying the Dermatoglyphic Growth Patterns in Children through Adolescence; J.K. Schneider, Ph.D.; link: http://www.ncjrs.gov/pdffiles1/nij/grants/232746.pdf
Kalangan ilmuwan barat bukan berarti tidak tertarik untuk melakukan riset mengenai sidik jari, namun para ilmuwan barat lebih bersikap hati-hati dalam melakukannya. Penelitian dilakukan secara parsial sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Mengenai perkembangan riset dermatoglyphic:
“Progress in dermatoglyphic research based on proceedings of an International Conference on Dermatoglyphics, Athens, Greece,September 20-23, 1981” editor, Christos S. Bartsocas.
Francis Galton (1822-1911), the cousin of Sir Charles Darwin, was a scientist with a wide range of interests covering anthropology, geology, biology, heredity and eugenics, publishing some 240 written works, including some fifteen books. He conducted extensive research into the significance of skin ridge patterns not only to demonstrate their permanence and consequently their use as a means of identification, but also to demonstrate the hereditary significance of fingerprints and to show the biological variations of different fingerprint patterns amongst different racial groups. He collected vast numbers of fingerprints from all types of people, noting the variations of pattern types amongst different races and established the relative frequency with which each pattern type occurred amongst different peoples. His classification of fingerprint patterns was considerably more simple than that proposed by Purkinje, delineating only three main types of pattern. He identified the triradius as being the significant indicator of a fingerprint pattern type and hence based his classification on the number of triradii to be found within each pattern.
Istilah Dermatoglyphic sebagai sebutan baru untuk ilmu yang mempelajari mengenai sidik jari ini (disamping ada istilah lain yakni Dactyloscopy) justu dikemukakan pertama kali oleh ilmuwan barat yakni Dr. Harold Cummins dalam bukunya “Fingerprints Palm and Soles”.
Ketertarikan para ilmuwan terhadap fenomena sidik jari ini dikarenakan:
Ditemukan sidik jari bersifat spesifik individual, tidak ada sidik jari yang sama diantara manusia di dunia ini. Kemungkinan sama adalah 1:60 milyar;
Sidik jari bersifat permanen, tidak pernah berubah sepanjang hayat;
Sidik jari memiliki susunan dan pola yang dapat diklasifikasikan, artinya bentuknya walaupun tidak ada yang sama tetapi tetap memiliki pola-pola yang bisa diklasifikasikan, dan tidak acak.
Fakta-fakta mengenai sidik jari ini melatarbelakangi penelitian para ilmuwan yang tujuannya adalah untuk “Mengetahui ada makna apa dibalik Sidik Jari ?” dan “Apa yang bisa dimanfaatkan dari pemaknaan sidik jari tersebut?”
Pada awalnya, karena sidik jari bersifat unik, spesifik dan individual, maka kalangan forensik menitikberatkan penggunaannya untuk keperluan verifikasi dan identifikasi. Penggunaan data sidik jari untuk keperluan verifikasi dan identifikasi cukup akurat dan terbilang sukses karena hingga saat ini sidik jari masih digunakan banyak pihak untuk keperluan verifikasi (password, id passport, absensi
dll) dan juga untuk keperluan identifikasi forensik (pelaku kriminal) oleh pihak kepolisian.
Penelitian dan pengembangan riset kalangan biometrik dan identifikasi forensik ini lebih menekankan bagaimana menerapkan sistem pengklasifikasian yang paling akurat untuk sidikjari seseorang. Sistem pengklasifikasian yang kini dipakai luas adalah, dikenal dengan nama pengklasifikasian sistem henry. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komputer sistem biometrik, maka kini telah dikembangkan sistem aplikasi sofware model AFIS, yang cukup canggih sehingga pengklasifikasian bisa berlangsung cepat dan lebih akurat.
Namun, tidak hanya kalangan biometrik saja yang terus melakukan riset dan pengembangan dalam tujuan sistem pengklasifikasian sidik jari ini. Ilmuwan kalangan kedokteran, juga tertarik melakukan penelitian hubungan sidik jari dengan penyakit (khususnya penyakit genetis), diantaranya adalah:
- From the mid 1930's onwards, the hand was coming to be recognised as an important diagnostic aid in the diagnosis of congenital syndromes such as mongolism. LS Penrose had studied the hands of people with Down's Syndrome and other conditions of congenital mental defect for many years and had discovered that the hand revealed particular malformations peculiar to these conditions. In 1931, he penned an article for The Lancet correlating the absence of the medial digital crease on the little finger with congenital mental retardation, research that proved to be but the start of a long and detailed investigation into the relevance of the hand in the clinical diagnosis of congenital conditions.
However, the main breakthrough in establishing the significance of the dermatoglyphic analysis of the hand came with the publication of the results of the research of Harold Cummins and Charles Midlo in their seminal work 'Fingerprints Palms and Soles' in 1943.
Unusual dermatoglyphic patterns often relate to genetic disorders] One study of fetuses with chromosomal abnormalities showed that the dermatoglyphic patterns were delayed by more than two weeks
Trisomy 21 (Down syndrome): People with Down syndrome have mainly ulnar loops, and a significantly different angle between the triradia a, t and d (the 'adt angle'). Other differences often include a single transverse palmar crease ("Simian line") (in 50%), and patterns in the hypothenar and interdigital areas, lower ridge counts along digital midlines, especially in little fingers, which corresponds to finger shortening in those with Down's syndromeThere is less variation in dermatoglyphic patterns between people with Down syndrome than between controls,and dermatoglyphic patterns can be used to determine correlations with congenital heart defects in individuals with Down syndrome by examining the left hand digit ridge count minus the right hand digit ridge count, and the number of ridges on the fifth digit of the left hand.
Turner syndrome: Predominance of whorls, although the pattern frequency depends on the particular chromosomal abnormality.
47, XXY (Klinefelter's syndrome): Excess of arches on digit 1, more frequent ulnar loops on digit 2, overall fewer whorls, lower ridge counts for loops and whorls as compared with controls, and significant reduction of the total finger ridge count
Trisomy 13 (Patau syndrome): Excess of arches on fingertips and single transverse palmar creases in 60%.
Trisomy 18 (Edward's syndrome) 6 - 10 arches on fingertips and single transverse palmar creases in 30%.
Inborn blindness: Initial data points to abnormal triradius and excess of arches on fingertips Cri du chat (5p-): Excess of arches on fingertips and single transverse palmar creases in 90%.
Noonan syndrome: Increased frequency of whorls on fingertips, and the axial triradius t, as in Turner syndrome, is more often in position t' or t" than in controls. Increased incidence of single transverse palmar creases.
Astigmatism relation:
Kalangan ahli biologi genetika, menemukan fakta baru mengenai asal muasal pembentukan pola guratan sidik jari yakni:
-Dermatoglyphics is a part of the biology, containing genetics and anatomy. Prints include loops and whorls on a finger, a palm and a foot that form and grow from a germinal layer starting from 13 to 19 weeks ini an embryo periode. The fingerprint patterns are controlled by chromosomes, and geneticists have studied and proven that permutation of the prints is inherited. The number of ridge on a fingerprint is decided by genes, which do not have dominant effect, rather than enviromental
influence. (sumber:wikipedia)
Dengan demikian, adalah hal yang sangat masuk akal apabila memang ada hubungannya antara pola guratan sidik jari (yang ternyata adalah tanda genetis) dengan adanya penyakit (kelainan genetis).
Karena keduanya sama-sama bersifat genetis. Hal ini sebenarnya telah lama diketahui oleh kalangan kedokteran dimana tanda-tanda fisik tertentu seringkali mengindikasikan gejala penyakit kelainan genetis tertentu, misalnya penyakit down syndrom, dimana bisa terlihat dari bentuk wajah dan tangan penderitanya.
Kalangan kedokteran jiwa (psikiatri) juga mencoba melakukan penelitian mengenai kondisi retardasi mental dengan sidik jari, diantaranya sebagaimana yang terangkum dalam adalah:
- Dermatoglyphics in schizophrenia: the relevance of positive family history, RS Murthy and NN Wig. The British Journal of Psychiatry
- A Dermatoglyphics Study of Autistic Patients, Rothhammer, F., Pereira, G., Camousseight, A., & Bernardo, M. Dermatoglyphics in schizo- phrenic patients. Human Heredity, 1971.
Semakin banyak ilmuwan yang terus mengembangkan hubungan guratan sidik jari ini ke bidang disiplin ilmu lainnya, termasuk kalangan psikologi yang mencoba mencari korelasi pola guratan sidik jari dengan hubungan karakter seseorang, diantaranya adalah:
- Charlotte Wolff, a Physician and Psycho-analyst, the author “The Human Hands” 1942 and “The Hand in Psychological Diagnosis” 1951. Her collection of famous fingerprints: Marchel Duchamp, Marx Ernst, Man Ray, Ravel, TS Elliot, Virginia Woolf, George Bernard Shaw, and Aldous Huxley.
Dan kini, beberapa ilmuwan dan praktisi pendidikan mencoba mencari hubungan sidik jari ini untuk tujuan non-klinis, yakni untuk pengembangan pendidikan dan potensi sumber daya manusia.
Landasan logisnya sebenarnya adalah sederhana: Jika bisa diterapkan kepada orang yang sakit, maka tentu juga bisa diterapkan kepada yang sehat !
Sehubungan dengan perkembangan diatas, berkaitan dengan kehadiran fingerprint analysis (atau fingeprint test) dengan tujuan yang berhubungan dengan kepribadian dan kecerdasan adalah sbb:
Fingerprint Analysis adalah sebuah tools semata, yakni penggunaan data fisiologis berupa sidik jari, yang penggunaan dan pemanfaatannya tidak hanya sebatas untuk keperluan verifikasi identifikasi forensik saja.
Fingerprint Analysis dalam pemanfaatannya untuk keperluan yang berkaitan dengan
kepribadian dan kecerdasan yang saat ini banyak dikembangkan hanyalah sebuah
pengembangan metode sistem aplikasi yang tujuan utamanya adalah mencari hubungan
kode genetis sidik jari dengan potensi bawaan lahir seseorang (genetis). Sistem aplikasi yang disusun berdasarkan metode dan formula tertentu dimaksudkan sebagai tools interpretator kode genetis sidik jari dengan potensi bawaan lahir (inborn potentials)
Perumusan metode dan sistem aplikasi fingerprint analysis sehingga bisa
menginterpretasikan kode genetis sidik jari menjadi potensi bawaan lahir (inborn potentials) disusun secara seksama didasari referensi studi literatur, data riset ilmiah dermatolgyphic yang dipublish, serta diperkuat oleh studi empiris dan riset internal dari pengembang sistem aplikasi ini.
Karena Fingerprint Analysis adalah sebuah metode aplikasi terapan, maka Fingerprint Analysis telah dirilis oleh banyak pihak (provider/developer) yang melakukan pengembangan metode dan piranti lunak sistem aplikasinya sehingga muncul menjadi berbagai versi.
Fingerprint Analysis yang dikembangkan oleh Psychobiometric Research adalah salah satu versi aplikasi dan metode dari fingerprint analysis yang ada didunia ini.
MENGENAL LEBIH DALAM MENGENAI FINGERPRINT ANALYSIS METODE PSYCHOBIOMETRIC
Psychobiometric Research adalah sebuah lembaga pengembang sistem aplikasi software komputer biometrik untuk fingerprint analysis ini. Sebagai perusahaan IT, Psychobiometric bertugas untuk membuat sistem software aplikasi komputer biometrik untuk keperluan fingerprint analysis yang bertujuan memecahkan kode (decoding) genetis sidik jari dan menginterpretasikan menjadi sebuah bahasa yang berkaitan dengan potensi bawaan lahir (inborn potentials). Jadi pada dasarnya fingerprint analysis metode psychobiometric adalah sebuah produk software interpretator pola
guratan sidik jari yang kemudian diterjemahkan menjadi potensi bawaan lahir seseorang. Output dari software ini adalah hasil perhitungan nilai distribusi yang diterjemahkan sebagai distribusi potensi seseorang. Penyusunan formula dan metode aplikasi ini melibatkan berbagai riset penelitian dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu (interdisipliner), setidaknya dari ilmu komputer biometrik
(verifikasi), ilmu kedokteran dan neuroscience (hubungan sidik jari ke sistem saraf otak), serta ilmu psikologi biologis (menerjemahkan bahasa psikologi ke dalam content report).
Landasan formula dan metode software fingerprint analysis metode psychobiometric:
Landasan penggunaan sidik jari sebagai data sampling:
o Sidik jari merupakan data biometrik yang paling stabil dibandingkan data biometrik
lainnya.
o Sidik jari bersifat unik, individual namun klasifikatif.
o Data sidik jari relatif permanent.
Landasan teknologi scanning fingerprint analysis, sistem pengklasifikasian, dan
penghitungannya:
o Sistem Pengklasifikasiannya menggunakan sistem Henry, sebuah metode
pengklasifikasian yang dipakai saat ini di bidang identifikasi forensik.
o Teknologi scanning menggunakan sistem fingerprint scan biometrik dari U are U,
Digital Persona, Verifinger dan software pengembangan dari psychobiometric.
o Metode penghitungan sidik jarinya, berlandaskan pola penghitungan seperti yang
dipakai pada AFIS, software standar FBI/Interpol, Ridgecounter, serta software
pengembangan dari Psychobiometric sendiri.
o Metode penghitungan sidik jarinay juga dikombinasikan dengan teori Pattern
Intensity dari Harold Cummins.
Landasan penginterpretasian hubungan hasil perhitungan sidik jari ke fungsi otak:
o Teori-teori perihal ditemukannya fungsi-fungsi bagian otak:
Teori Triune Brain, yang dikemukakan Paul D McLean
Teori Brain Hemisphere & , yang dikemukakan Roger W Sperry
Fungsi-fungsi lain di area lobus cerebral oleh kalangan neuroscience berdasarkan pemindaian MRI, PET dan CT Scan.
o Sebagaimana telah diketahui bahwa pada area tangan, terdapat simpul syaraf yang
paling banyak dan terhubung ke otak. Hal ini dikarenakan organ tangan memiliki
fungsi yang kompleks, mulai dari memegang, mengoperasikan, menulis dsb.
o Berdasarkan temuan bahwa otak bagian kanan terhubung dengan syaraf organ
bagian kiri, vice versa. Dari sini melahirkan interpretasi hubungan sidik jari yang ada pada tangan kanan terdapat korelasi dengan otak belahan kiri, dan sidik jari yang
ada pada tangan kiri terdapat korelasi dengan otak belahan kanan.
o Hubungan ke 10 jari pada area lobus-lobus otak berdasarkan literasi kedokteran di
China dan studi empiris para peneliti dermatoglyphic.
o Landasan hubungan pertumbuhan guratan sidik jari ke otak, berdasarkan temuan
teori Nerve Growth Factor dan Epidermal Growth Factor, dari Dr. Rita Levi
Montalcini dan Dr. Stanley Cohen. 1986.
Landasan penginterpretasian hubungan fungsi otak ke potensi bawaan lahir:
o Personality Theory, diketahui bahwa otak kanan memiliki kecendrungan fungi yang
dominan ke arah Extraverted, Intuiting, Feeling, dan Perceiving, dan otak kiri
memiliki kecenderungan fungsi yang dominan Introverted, Facts, Sensing, dan
Judging.
Tipologi Carl Guztav Jung
Tipologi ala MBTI dan DISC (yang merupakan pengembangan dari Tipologi
Jung)
o Learning Style Theory, diketahui bahwa area lobus cerebral parietal, temporal, and
occipitalis memilki hubungan dengan fungsi gerakan/sentuhan, pendengaran, dan
pengihatan.
VAK Theory
Abstract & Concrete Thinking Theory
Convergent & Divergent Thinking Theory
o Potentials of Multiple Intelligences
Multple Intelligence Theory, Dr Howard Gardner.
o Penginterpretasian hubungan fungsi otak ke potensi bawaan adalah dengan cara
melakukan perhitungan dan pengklasifikasian 10 sidik jari ke arah lobus-lobus
cerebral, kemudian hasil perhitungannya didistiribusikan secara persentatif. Setelah
itu dicari mana area yang nilainya yang paling dominan.
(catatan: penggunaan teori-teori diatas, sebatas bagaimana mengklasifikan permasalahan karakter dan potensi kecerdasan. Tidak dimaksudkan sebagai alat ukur dari teori yang dimaksud)
Akurasi (Validitas & Reliabilitas) fingerprint analysis metode psychobiometric:
Validitas
o Validitas Landasan Teoritis, bahwa penginterpretasian potensi dan area psikologis
menggunakan teori-teori yang sudah ada dan telah diakui secara umum.
o Validasi korelasi pengukuran dengan alat test lainnya, ditemukan ada korelasi
dengan alat pengukuran psikologis lainnya. Bagaimanapun, area pengukuran pada
fingerprint analysis sebenarnya memiliki sudut pandang yang berbeda dengan
psikometri, terutama dari sudut datanya, fingerprint analysis menggunakan data
biologis (biometri) yang kemudian diinterpretasikan ke arah kecendrungan prilaku,
sementara psikometri menggunakan data respon dari prilaku yang kemudian
disimpulkan. Fingerprint Analysis dibatasi tujuannya untuk mengukur aspek yang
bersifat bawaan (genetis), dan tidak mencakup aspek yang dipengaruhi oleh
lingkungan (nurturance).
o Berdasarkan feedback dari lebih 75.000 klien yang telah menggunakan fingerprint
analysis metode Psychobiometric ini, diatas 75% menyatakan puas dan bisa
menerima hasil dari report analysis.
Reliabilitas
o Dari sumber data sampling, fingerprint analysis menggunakan data yang sangat
akurat sebagai penanda individual seseorang secara genetis, Data sampling
menggunakan fingerprint, diakui sebagai data yang paling akurat untuk skala
pengukuran biometrik.
o Proses pengalahan data, menggunakan proses kalkulasi quantifikasi dari hasil
ekstraksi data fingerprint, dimana keterlibatan human-analyst sangat minim karena
hanya berfungsi sebagai peng-verifikasi saja. Proses kalkulasi dilakukan secara
system komputer.
o Pengujian test dan re-test memiliki klaim akurasi 85% untuk proses analisa metode
reguler, dan lebih dari 65% metode instant. Masih adanya perbedaan test dan retest
ini disebabkan oleh:
Kualitas data sampling fingerprint dari testee yang memang memiliki
kualitas yang kurang baik.
Nilai RCC (ridge-count coherence) fingerprint dari testee dari ke-10 jarinya
yang memiliki skala perbedaan distribusinya yang sangat rendah (testee
kategori distribusi potensi rata-rata seimbang).
o Kesalahan Human Error, dimungkinkan terjadi
Kesalahan dalam pengambilan dan penamaan data fingerprint dari 10 jari
testee (proses taking dan data input), terhadap kemungkinan hal ini, maka
diperlukan proses verifikasi kehandalan dari seorang operator taking
sample.
Kesalahan analyst dalam memverifikasi data sampling. Namun untuk proses
analisa metode reguler, hal ini telah diminimalisir dengan melakukan
pengujian dan analisa multi tahap.
Bagaimana kehandalan dari fingerprint analysis metode psychobiometric.
Sudut pandang potensi (strengths & weaknesses)
o Hasil dari analisa report selalu berkonotasi POSITIF, tidak ada judgement bahwa
seseorang adalah bodoh, lemah dsb.
o Hasil dari analisa report tidak pernah membandingkan seorang individu dengan
individu lainnya. Skala yang digunakan adalah distribusi dalam dirinya sendiri. Tidak
ada seseorang yang lebih cerdas dari orang lain dari sisi potensi bawan lahirnya.
Yang ada adalah, potensi manakah dalam diri seseorang yang lebih dominan.
o Dalam metode Psychobiometrc. Potensi diinterpretasikan dari segala aspek yang
berkaitan dengan sistem sensomotorik dalam tubuh. Terdapat 2 (dua) kategori:
Potensi Reflective Responses dan Potensi Analytical Responses. Dari dua sudut
pandang kategori ini, maka bisa diklasifikan mana yang termasuk kekuatan
(strentghs) dan kelemahannya (weaknesses). Bagaimanapun, sudut pandang
keduanya adalah sama baiknya dan sifatnya masih berupa potensi yang melahirkan
kecenderungan-kecenderungan (drives).
Comprehensive, actual, updatable and adaptative report
o Report dari metode psychobiometric disajikan secara komprehensif, transparantif,
namun tidak memberikan judgment dan solusi/keputusanyang konkret. Hal ini
dikarenakan alasan etika bahwa bagaimanapun data-data hasil analisa hanya
bersifat referensial, dan seorang konsultan bisa membimbing testee untuk
memutuskan apa yang terbaik menurutnya untuk dirinya sendiri.
o Report dari metode psychobiometric bersifat aktual dengan social trend saat ini. Apa yang disampaikan dalam report, isinya berkaitan dengan pemahaman persoalan-persoalan yang aktual di masyarakat. Juga, bahasa yang disampaikan relatif
dipermudah (disederhanakan) tanpa mengurangi makna, agar masyarakat awam
bisa memahami dan memanfaatkannya lebih efektif.
o Psychobiometric Research senantiasa melakukan observasi pasar dan mengikuti tren
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang berkembang sangat
cepat dan dinamis. Oleh sebab itu, produk analisa serta metode dan teknologi yang
digunakan terus mengalami update-tisasi.
Sinkronisasi
o Hasil dari report analisa fingerprint analysis dengan metode psychobiometric ini
diharapkan memiliki sinkronisasi dengan referensi lain semaksimal mungkin; hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kebingungan testee dalam menerima banyak
referensi dari banyak tools. Walaupun demikian, ketidak sinkronan mungkin saja
terjadi apabila sudut pandang tools lain memiliki sudut pandang yang berbeda
dengan metode yang dikembangkan psychobiometric ini.
Efisien
o Berdasarkan kondisi kebutuhan masyarakat saat ini, maka efisiensi sistem sangat
dibutuhkan. Metode fingerprint analysis dari psychobiometric memiliki keunggulan
dalam hal waktu, biaya, serta proses yang lebih efisien tanpa mengurangi kualitas.
KONTROVERSI MENGENAI FINGERPRINT ANALYSIS
Sebagai sebuah metode yang relatif masih sangat baru, maka wajar apabila mengundang pandangan kritis dan kehadiran pihak-pihak yang kontroversial. Keadaan ini perlu ditanggapi secara positif dan justru bisa menjadi acuan untuk pengembangan fingerprint analysis menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Seputar isu kontroversial terhadap kehadiran fingerprint analysis yang mengemuka, diantaranya adalah:
Terhadap pihak yang mempertanyakan keabsahan landasan penelitian keilmiahannya;
tanggapannya adalah:
o Adalah tidak benar jika dikatakan bahwa fingerprint analysis ini tidak ada landasan
ilmiahnya. Banyak referensi dan hasil penelitian yang telah di published seputar
fingerprint analysis (dermatoglyphic), hanya saja kebanyakan penelitian-penelitian
tersebut masih berupa landasan teoritis yang belum menjadi sistem aplikasi dari
fingerprint analisis yang seperti sekarang.
o Landasan penelitian dari fingerprint analysis melibatkan interdisipliner, tekait
dengan ilmu biometrik, kedokteran/neuroscience, dan psikologi. Oleh karena itu
diperlukan pemahaman yang komprehensif dari hubungan ketiga ilmu tersebut.
o Perlu diakui, bahwa penerapan/aplikasi dari fingerprint analysis masih terbilang
relatif baru (jika dibandingkan dengan tools lainnya), sehingga penelitian saat ini
masih belum final, dan terus dilaksanakan riset mengenai hal ini. Namun,
sehubungan dengan laporan dari riset yang menyatakan bahwa penggunaan
fingerprint analysis ini sudah diketahui ada perkembangan hasil yang signifikan
dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, maka metode
ini sudah bisa dipakai dan dimanfaatkan. Lagi pula, hingga saat ini belum ditemukan
fakta-fakta mengenai efek negatifnya perihal penggunaan hasil referensi fingerprint
analysis dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia,
Terhadap pihak yang mempertanyakan akreditasinya; tanggapannya adalah:
o Fingerprint Analysis bukanlah alat/tools psikologi. Fingerprint analysis adalah sebuah sistem aplikasi terapan dari penggunaan teknologi biometrik untuk
menginterpretasikan potensi kerja otak yang kemudian dibahasakannya dalam
bahasa-bahasa psikologis. Dengan demikan, fingerprint analysis bukanlah termasuk
ranah Psikometri melainkan termasuk kategori Biometrik. Dengan demikian, maka
fingerprint analysis tidak termasuk verifikasi psikometri. Sekalipun hal itu dilakukan, maka tujuannya adalah mencari korelasi dari dua alat ukur yang berbeda. Bukan sebagai penguji validasi alat ukur satu dengan alat ukur lainnya.
o Fingerprint Analysis tidak termasuk yang bisa di akreditasi dari lembaga, society dan lembaga akademis bidang psikologi barat, khususnya Asosisiasi Psikologi Amerika
(APA). Namun demikian, bukan berarti tidak memiliki landasan ilmiah karena pada
dasarnya, sains adalah miliki siapapun tidak harus didominasi oleh kelompok manapun. Hal yang menggembirakan adalah, fingerprint analysis dan biometrik lainnya telah mulai ada lembaga dan society yang menaunginya, diantaranya IBS (International Biometric Society) dan IBMBS (International BioMedical Behavior Society) yang berpusat di Amerika Serikat, namun perlu diingat bahwa kehadiran lembaga/society ini bukan dalam rangka untuk memverifikasi.
o Untuk sistem pengklasifikasian dari Fingerprint analysis dan sistem software-nya
sendiri, telah mendapatkan verifikasi international, karena sistem yang digunakan
sama dengan yang dipakai oleh FBI/kepolisian, maupun sofware untuk verifikasi
identitas passport, absensi dsb. Psychobiometric pada dasarnya hanya
mengembangkan dari sistem software yang sudah ada dan terverifikasi tersebut.
Terhadap pihak yang mempertanyakan akurasinya, validitas dan reliabilitasnya;
tanggapannya adalah:
o Ada pihak yang mempertanyakan akurasi, namun belum sepenuhnya paham
mengenai sistem akurasi, terutama berkaitan dengan validitas dan reliabilitasnya.
o Umumnya kalangan awan mengetes akurasi fingerprint analysis dengan kecocokan
kondisi aktual saat ini, hal ini memiliki kesalahan konsep yang jelas, karena
fingerprint analysis hanya melihat aspek genetis dan yang bersifat potensi bawaan
lahir (inborn potentials), sementara kondisi aktual kepribadian seseorang
dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan yang tidak termasuk dalam variable
pengukuran fingerprint analysis. Namun, sebagian dari kepribadian seseorang, tetap
bisa dilihat dari hasil fingerprint analysis, khususnya adalah kecenderungan-kecenderungan perilaku bawah sadar. Oleh sebab itu, banyak responden yang
menyatakan cocok dengan perilaku saat ini, dikarenakan potensi bawaan lahirnya
(bawah sadar) tidak banyak terkontaminasi dengan perbedaan faktor lingkungan.
Sebaliknya, beberapa responden yang memiliki hasil berbeda dengan kondisi aktual,
mengakui telah mengalami proses penyesuaian (adjusment) dengan stimulasi
lingkungan.
o Berdasarkan studi pengujian yang dilakukan internal, maka psychobiometric
mengklaim akurasi sistem, berkaitan validitas dan reliabilitasnya dengan hasil cukup
baik (diatas 65%-85%).
Terhadap pihak yang mempertanyakan kedudukan, fungsi dan pemanfaatannya;
tanggapannya adalah:
o Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa fingerprint analysis bukanlah alat test
psikometri, bukan pula alat untuk justifikasi dan alat vonis.
o Fingerprint Analisys lebih kepada sebuah alat interpretasi potensi kepribadian dan
potensi bawaan lahir lainnya. Yang perlu dijadikan tolak ukur adalah seberapa besar
gambaran hasil analisis report bisa diimplementasikan sebagai referensi terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi serta referensi untuk pengembangan selanjutnya. Apakah hasil dari fingerprint analysis ini bisa merekomendasikan sebuah referensi yang bermanfaat, dan apakah gambaran tersebut dirasakan manfaatnya dan sesuai dengan kondisi biologis saat ini.
o Dengan demikian, kedudukannya bisa disejajarkan dengan alat peng-eksplorasi
lainnya seperti test gambar, tulisan, kuestioner dsb. Hanya data samplingnya yang
berbeda. Pada fingerprint analysis lebih pada data yang bersifat biometrik dari aspek
fisik biologis, bukan pada respon perilaku. Fingerprint analysis juga bersumber data
yang bersifat tetap dan stabil karena fingerprint bersifat genetis dan tidak pernah
berubah. Bagaimanapun, metode Fingerprint Analysis bukanlah alat satu-satunya
yang terbaik. Semua alat dan metode memiliki keunggulan dan kekurangannya
masing-masing. Akan sangat lebih baik apabila berbagai metode dan alat test bisa
digunakan secara sinergi dalam rangka mencari rekomendasi terbaik dan saling
melengkapi kekurangan yang ada pada masing-masing tools.
o Pemanfaatan fingerprint analysis telah lama digunakan pada sistem verifikasi dan
identifikasi forensik. Sementara untuk pemanfaatan di bidang pendidikan dan
pengembangan sumber daya manusia memang relatif masih baru. Kendati
fingerprint analysis bukanlah alat ukur psikologi, dikarenakan aspek-aspek dalam
content report banyak yang mengandung pengertian dibidang ilmu psikologi, maka
proses konsultasi sebaiknya dilakukan oleh psikolog dan atau orang-orang yang
berkompeten. Sementara proses pengukuran dan penghitungan tetap merupakan
bagian pihak IT biometrik. Untuk keperluan lebih jauh yang bersifat klinis, maka
penanganan perlu dilakukan oleh dokter dan psikolog klinis.
Terhadap pihak yang mempertanyakan etika dan komersialisasi fingerprint analysis ini;
o Adalah persoalan klasik, ketika ada sebuah metode baru yang prospektif karena
merupakan harapan dan kebutuhan pasar, fingerprint analysis tidak terlepas dari
upaya-upaya komersialisasi. Namun hal tersebut adalah wajar, dan tidak perlu
terlalu dikhawatirkan selama tidak mengandung unsur penipuan, maupun hal-hal
lain yang bisa menimbulkan kerugian kelak di kalangan penggunanya. Mengenai
tuduhan bahwa fingerprint analysis dijual dengan harga sangat tinggi, maka
sebenarnya persoalan harga terletak pada kondisi market, berkaitan supply and
demands. Ditambah lagi, faktor teknologi dan aplikasinya yang berkaitan dengan
HAKI, biaya research, dan operasional menjadi bahan pertimbangan itu semua.
Perlu diingat, bahwa yang dijual adalah produk dan jasanya, bukan pada
knowledges-nya. Termasuk tidak ber-etika, apabila developer fingerprint analysis
tidak melakukan transparansi mengenai basic knowledge formulasi dan metode
pengukurannya.
o Berkaitan dengan masalah etika, maka fingerprint analysis haruslah disampaikan apa
adanya tanpa melebih-lebihkan fakta yang ada. Fingerprint analysis hanyalah sebuah
tools untuk mengeksplor potensi bawaan. Bukan yang lain. Fingerprint analysis tidak
bisa untuk mengukur kecerdasan, mengukur kepribadian, mengetahui masa depan
dsb. Perlu diingat, potensi bawaan mengandung banyak variabel. Fingerprint
hanyalah berbicara dari satu variable saja. Sangat dimungkinkan ada banyak variable
lain yang bisa dieksplorasi selain dari fingerprint.
o Berkaitan dengan penyalahgunaan etika, seperti etika berbisnis, etika konsultasi dsb, maka hal tersebut sebaiknya dipisahkan dengan permasalahan metode fingerprint
analysis itu sendiri.
Terhadap pihak yang mempertanyakan mana fingerprint analysis yang asli dan yang palsu.
o Fingerprint Analysis adalah sebuah metode dan sistem aplikasi yang bersumber dari
penelitian dan riset yang dilakukan banyak ilmuwan di dunia ini. Sehingga siapapun
berhak untuk mengembangkan metode ini selama memiliki landasan ilmiah yang
jelas, dan jaminan faktor originalitas dari karya tersebut. Ketika ada vendor yang
mengeluarkan produk yang bersifat plagiat, dan tidak melakukan riset software
sendiri serta tidak didukung oleh penguatan riset internal, maka itulah yang perlu
diragukan keabsahannya.
o Sistem aplikasi dan metode fingerprint analysis juga tidak berarti bahwa produk dari
negara tertentu lebih baik dari negara lain. Bahwa harga tertentu lebih baik dari
harga yang lebih murah. Terhadap penilaian kualitas, maka sepenuhnya klien-lah
yang menentukan.
SARAN-SARAN PENGEMBANGAN
Fingerprint Anaysis adalah sebuah metode alternatif baru yang memberikan harapan yang lebih baik bagi perkembangan peradaban manusia. Marilah kita tanggapi pro dan kontranya secara arif dan bijaksana. Pelajari kelemahannya karena keterbatan yang ada, namun terus kembangan kemampuan yang ada untuk lebih lanjut mengekplorasi mengenai metode fingerprint analysis ini. Alangkah tidak etisnya apabila ada pihak yang ingin menghentikan tujuan ini. Ketika menemukan sesuatu kelemahan metodologi dan landasan ilmiahnya, akan lebih baik apabila bisa memberikan solusi perbaikan. Terkecuali, apabila terdapat bukti yang sangat kuat bahwa fingerprint analysis ini memberikan dampak yang negatif di masyarakat penggunanya.
Output utama dari fingerprint anaysis adalah referensi-referensi yang bisa
merekomendasikan peningkatan pendidikan dan potensi sumber daya klien. Oleh sebab itu
jadikanlah hal ini sebagai tolak ukur utama, tidak harus melulu pada persoalan
keilmiahannya proses, sistem dan metodenya.
Seluruh pelaku fingerprint analysis, hendaknya memegang kode etik berkaitan dengan
produk yang dikembangkannya.
Perlunya publikasi dan upaya edukasi yang intensif kepada masyarakat perihal kedudukan dan pemanfaatan fingerprint analysis ini sehingga tidak terjadi kesalahan cara pandang.
7 Things Why does the Fingerprint Analysis must go on? (sekedar bahan renungan)
1. Kami percaya bahwa setiap anak terlahir untuk bisa menjadi jenius; setiap anak bisa menjadi cerdas, hanya terdapat perbedaan gaya belajarnya saja, mana yang bisa
mengaplikasikan gaya belajarnya secara efektif, dan mana yang tidak. Gaya belajar adalah bawaan lahir dan bersifat genetik, karena terkait dengan sistem pancaindra dan proses dorongan mental seseorang. Oleh karenanya gaya belajar adalah unik, seunik sidik jarinya.
2. Kami percaya bahwa setiap anak adalah unik, adalah kewajiban setiap orangtua, guru dan siapapun untuk bisa memahami mereka;
3. Kami menyadari, bahwa perkembangan kehidupan memerlukan kemampuan untuk survival.
Hanya orang-orang yang unggul lah, yang bisa survive di masa mendatang; hanya orangorang tertentu lah yang bisa survive, yakni mereka yang mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
4. Kami menyadari, bahwa dimasa yang akan datang, akan banyak persoalan mengenai
sumberdaya manusia, berkaitan dengan masalah pengangguran dan ketidak optimalan
proses pendidikan serta ketidakproduktifannya seseorang dikarenakan tidak mengenal dan memiliki potensi serta keahlian yang handal. Jika semua orang mengoptimalkan sesuai dengan potensinya masng-masing, maka kecil kemungkinan potensi tersebut tidak
tersalurkan dalam pekerjaan.
5. Kami menyadari bahwa potensi bawaan itu ada, sekaligus sadar bahwa faktor lingkungan juga mempengaruhi perkembangan seseorang. Namun, kami berfikir lebih mudah untuk mengkondisikan lingkungan ketimbang merubah siapa sejatinya kita.
6. Kami menyadari kami punya potensi bawaan, dan jika distimulasi terus, maka akan menjadi kelebihan kami, kami ingin dikenal karena kami memiliki potensi sesuai dengan diri kami, oleh karena itu kami butuh identitas, identitas kami adalah potensi bawaan lahir kami.
7. Kami memahami bahwa fingerprint analysis tidak meramal masa depan, dan kami tidak
butuh ramalan, kami percaya masa depan adalah kami yang menentukan, melalui
optimalisasi potensi yang kami bawa sejak lahir. Yang kami butuhkan adalah sebuah
keyakinan mencapai kesuksesan.
Jika fingerprint analysis ini salah, lalu apa identitas potensi bawaan lahir kami? Adakah cara lain yang lebih akurat untuk mengetahui itu? Apa lagi yang harus kami yakini perkara siapa diri kita?
Bandung, 27 Mei 2011
Andrian Benny Hidayat,
Praktisi Finger Print Analysis, Psychobiometric Research
MEMAHAMI SECARA LOGIS KEHADIRAN FINGERPRINT ANALISYS
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Sehubungan dengan masih banyaknya miskonsepsi mengenai metode fingerprint analysis di
masyarakat, dimana telah memunculkan berbagai komentar dari beberapa pihak secara
kontroversial, maka merupakan suatu kewajiban dari pihak-pihak yang secara kebetulan telah menggeluti bidang ini untuk menyampaikan permasalahan fingerpint analysis ini secara lebih terbuka. Pada dasarnya, ketidak mengertian mengenai obyek bahasan tertentu bisa melahirkan beberapa kemungkinan respon publik, diantaranya adalah kesalahpahaman yang mengakibatkan prasangka yang berlebihan dan menyudutkan.
Sehingga, dalam hal ini akan sulit dibedakan mana respon kritis yang membangun, dan mana respon kritis yang hanya bertujuan sensasional belaka.
Perlu juga diingatkan, bahwa di dunia ini terdapat berbagai sudut pandang dan aliran berfikir yang berbeda-beda. Pasca kelahiran abad renaisance, dimana telah terjadi euphoria kebebasan berfikir yang men-Tuhankan rasional logika, serta kemajuan di bidang ilmu pengetahuan yang bebas nilai dan telah munculnya kalangan yang menamakan dirinya “The Skeptical Society”.
Maka pembuktian ilmiah adalah segala-galanya. Oleh sebab itu, telah dikembangkan metodologi yang sangat ketat bagaimana sesuatu dikatakan diterima secara ilmiah berdasarkan versi mereka para ilmuwan tertentu yang mengembangkan metodologi lebih mengandalkan nalar semata. Dan hal tersebut adalah sangat baik dalam rangka menjaga bagaimana kita bisa tetap berfikiran kritis, sehat dan senantiasa tidak terjebak atas penyimpangan hal-hal yang diluar pemikiran manusia (pseudoscience).
Namun, sekalipun manusia memiliki potensi yang luar biasa, tidak berarti lahir tanpa keterbatasan.
Ketika kita menemukan sesuatu hal yang belum bisa dipahami secara keseluruhan, marilah kita pahami dari aspek-aspek termudah, dan yang terpenting adalah bagaimana sesuatu bisa memberikan inspirasi positif terhadap kehidupan kita. Sudah lama kalangan “The Skeptical Society” tidak mempercayai Tuhan, kejadian alam semesta dan kebenaran kitab suci. Namun telah terjadi kompromi, bahwa agama adalah sesuatu yang tidak boleh dimasuki dalam ranah pemikiran rasional logika. Bagaimanakah dengan hal-hal lain selain urusan agama?
Perdebatan pro dan kontra fingerprint analysis masih terus berlangsung, dan kemungkinan akan terus berlangsung lebih lama lagi. Hal ini disebabkan masalah pembuktian ilmiah yang tidak pernah memuaskan. Agak sulit menerangkan listrik itu apa, bagaimana bentuknya dan sebagainya. Namun kita akan dengan cepat belajar apa itu listrik ketika kita kesetrum. Sampai saat ini, keberadaan tentang MIND (otak) masih abstrak, tapi semua orang menyadari bahwa hal itu memang ada dalam
diri kita.
Makalah ini, berjudul “Memahami secara LOGIS kehadiran Fingeprint Analysis.”
Dimaksudkan untuk sekedar menjadi acuan para pihak secara step by step bagaimanakah Fingerprint Analysis itu bisa dipahami dari pendekatan logika. Jika yang dicari adalah bukti ilmiah otentik mengenai fingeprint analysis agar anda para kaum skeptis bisa menerima ini, maka tulisan dibawah ini akan sangat kurang memadai. Namun apabila kita masih mau open-mind terhadap permasalahan fingerprint analysis ini, mudah-mudahan secuil tulisan ini bisa membantu kita untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dalam rangka menyibak fenomena yang luar biasa tentang fingerprint ini.
Secara pribadi, saya sangat suka dengan tanggapan Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja (Guru Besar Emeritus Psikologi Universitas Padjajaran) terhadap fenomena fingerprint analysis ini. Tanggapan yang objektif namun sangat bersahaja dan bijaksana, sekaligus menyemangati kita semua untuk terus berkarya:
“Dengan demikian, terhadap banyaknya praktisi Analisa Jejak Sidik Jari, saya bersikap
skeptis ala Rusia, bahwa ‘Saya percaya, tetapi sebelum digunakan, mari buktikan dulu
secara ilmiah (dalam eksperimen)’. Saya tidak suka menggunakan skeptis Inggris yang
menjadi ciri berfikir ilmiah Barat berupa pernyataan, ‘Saya tidak percaya, sebelum kau membuktikannya’. Ilmu pengetahuan haruslah kreatif agar berkembang secara terus menerus sehingga pelakunya harus mendapatkan keleluasaan mengembangkan hasil
pemikirannya ...”
PEMAHAMAN DASAR LATAR BELAKANG KEHADIRAN FINGERPRINT ANALYSIS
Untuk bisa memahami fingerprint analysis, maka tidak bisa terlepas hubungannya dengan latar belakang tahapan-demi tahapan bagaimana kronologis beserta keterkaitan logisnya hingga muncul fingerprint analysis ini.
Fingerprint Analysis sebagai tools untuk mengetahui kepribadian dan kecerdasan seseorang memang termasuk terobosan/inovasi baru. Beberapa ilmuwan khususnya dari dunia timur seolah lebih antusias melakukan riset penelitian hubungan antara sidik jari dengan kepribadian dan kecerdasan ini. Para ilmuwan yang telah melakukan riset mengenai hal ini diantaranya adalah:
-Zaiguijun, Report on Study of Multivariat Intelligence, China.I Started to study the
correlation of dermatoglyph (fingerprints and palm patterns) and human intelligence since 1988. Through 19-year continous efforts, I have established a preliminary systematic in 1988. Through 19-year continous efforts, I have established a preeliminary systematic methode for intelligence measurement through Dermatoglyphic identification. I have succesfully made study, measurement and sampling of over 40 thousand people in 25 regions of China, and gradually improved the practice and theory of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification passed the Science and Technology Achievement Appraisal (YKYCZ9212) by Henan Academy of Science on Oct 4, 1992, and also passed the demonstration jointly presided by the Genetics Society of China, the Working Comittee for Popular Science Activities under China Psychological Society. Website www.zaiguijun.bokee.com.
-Dr. Mary Lai, Mind Measurement Education Association, Taipei, Taiwan, will return. She now has English translations of her work and both English and Chinese software for those who seek to collaborate in her palmar and plantar dermatoglyphic educational evaluation and human resource analysis. She, along with Wang Chenxia and another noted below, recently presented their work at the Sixteenth International Union of Anthropologists and Ethnologists Societies World Congress at the invitation of the IUAES and the Chinese Union of Anthropological and Ethnological Sciences,
lectured at the7th Conference of the Chinese Dermatoglyphics Association (a section of the IUAES) at Yunnan University in Kunming China. She has been working on her programs of child assessments for over a quarter of a century and collected prints of thousands of children she and her staff and students have evaluated in her research and counseling services. Web sitewww.mme.com.tw . Dean Lai has developed software to work with hardware scanning the palms and souls of the subjects for
consistent and reliable evaluations.
Juga terdapat beberapa jurnal penelitian:
1. Association between Finger Patterns of Digit II and Intelligence Quotient Level in Adolescents. Mostaf Najafi, MD, (2009), Department of Psychiatry, Shahrekord University of Medical Sciences, Shahrekord, IR Iran. Link:
http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/14053.pdf
2. Quantitative Dermatoglyphic Analysis in Persons with Superior Intelligence. M. Cezarik, dkk, 1996; link: http://www.collantropol.hr/_doc/Coll.%20Antropol.%2020%20%281996%29%202:%20413-418.pdf
3. Application and Development of Palmprint Research, Yunyu Zhou, dkk, (2001), link:
http://ai.pku.edu.cn/aiwebsite/research.files/collected%20papers%20-
%20palmprint/Application%20and%20development%20of%20palm%20print%20research.pdf
4. Analysis of dermatoglyphic signs for definition psychic functional state of human's organism, Anatoly Bikh,dkk; link:
http://www.foibg.com/ibs_isc/ibs-07/IBS-07-p06.pdf
5. Determining The Association Between Dermatoglyphics And Schizophrenia By Using Fingerprint Asymmetry Measures; Jen-Feng Wang, dkk; link:
http://www.eng.mu.edu/nagurka Wang_Determining%20the%20Association_IJPRAI2203_P601.pdf
6. Quantifying the Dermatoglyphic Growth Patterns in Children through Adolescence; J.K. Schneider, Ph.D.; link: http://www.ncjrs.gov/pdffiles1/nij/grants/232746.pdf
Kalangan ilmuwan barat bukan berarti tidak tertarik untuk melakukan riset mengenai sidik jari, namun para ilmuwan barat lebih bersikap hati-hati dalam melakukannya. Penelitian dilakukan secara parsial sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Mengenai perkembangan riset dermatoglyphic:
“Progress in dermatoglyphic research based on proceedings of an International Conference on Dermatoglyphics, Athens, Greece,September 20-23, 1981” editor, Christos S. Bartsocas.
Francis Galton (1822-1911), the cousin of Sir Charles Darwin, was a scientist with a wide range of interests covering anthropology, geology, biology, heredity and eugenics, publishing some 240 written works, including some fifteen books. He conducted extensive research into the significance of skin ridge patterns not only to demonstrate their permanence and consequently their use as a means of identification, but also to demonstrate the hereditary significance of fingerprints and to show the biological variations of different fingerprint patterns amongst different racial groups. He collected vast numbers of fingerprints from all types of people, noting the variations of pattern types amongst different races and established the relative frequency with which each pattern type occurred amongst different peoples. His classification of fingerprint patterns was considerably more simple than that proposed by Purkinje, delineating only three main types of pattern. He identified the triradius as being the significant indicator of a fingerprint pattern type and hence based his classification on the number of triradii to be found within each pattern.
Istilah Dermatoglyphic sebagai sebutan baru untuk ilmu yang mempelajari mengenai sidik jari ini (disamping ada istilah lain yakni Dactyloscopy) justu dikemukakan pertama kali oleh ilmuwan barat yakni Dr. Harold Cummins dalam bukunya “Fingerprints Palm and Soles”.
Ketertarikan para ilmuwan terhadap fenomena sidik jari ini dikarenakan:
Ditemukan sidik jari bersifat spesifik individual, tidak ada sidik jari yang sama diantara manusia di dunia ini. Kemungkinan sama adalah 1:60 milyar;
Sidik jari bersifat permanen, tidak pernah berubah sepanjang hayat;
Sidik jari memiliki susunan dan pola yang dapat diklasifikasikan, artinya bentuknya walaupun tidak ada yang sama tetapi tetap memiliki pola-pola yang bisa diklasifikasikan, dan tidak acak.
Fakta-fakta mengenai sidik jari ini melatarbelakangi penelitian para ilmuwan yang tujuannya adalah untuk “Mengetahui ada makna apa dibalik Sidik Jari ?” dan “Apa yang bisa dimanfaatkan dari pemaknaan sidik jari tersebut?”
Pada awalnya, karena sidik jari bersifat unik, spesifik dan individual, maka kalangan forensik menitikberatkan penggunaannya untuk keperluan verifikasi dan identifikasi. Penggunaan data sidik jari untuk keperluan verifikasi dan identifikasi cukup akurat dan terbilang sukses karena hingga saat ini sidik jari masih digunakan banyak pihak untuk keperluan verifikasi (password, id passport, absensi
dll) dan juga untuk keperluan identifikasi forensik (pelaku kriminal) oleh pihak kepolisian.
Penelitian dan pengembangan riset kalangan biometrik dan identifikasi forensik ini lebih menekankan bagaimana menerapkan sistem pengklasifikasian yang paling akurat untuk sidikjari seseorang. Sistem pengklasifikasian yang kini dipakai luas adalah, dikenal dengan nama pengklasifikasian sistem henry. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komputer sistem biometrik, maka kini telah dikembangkan sistem aplikasi sofware model AFIS, yang cukup canggih sehingga pengklasifikasian bisa berlangsung cepat dan lebih akurat.
Namun, tidak hanya kalangan biometrik saja yang terus melakukan riset dan pengembangan dalam tujuan sistem pengklasifikasian sidik jari ini. Ilmuwan kalangan kedokteran, juga tertarik melakukan penelitian hubungan sidik jari dengan penyakit (khususnya penyakit genetis), diantaranya adalah:
- From the mid 1930's onwards, the hand was coming to be recognised as an important diagnostic aid in the diagnosis of congenital syndromes such as mongolism. LS Penrose had studied the hands of people with Down's Syndrome and other conditions of congenital mental defect for many years and had discovered that the hand revealed particular malformations peculiar to these conditions. In 1931, he penned an article for The Lancet correlating the absence of the medial digital crease on the little finger with congenital mental retardation, research that proved to be but the start of a long and detailed investigation into the relevance of the hand in the clinical diagnosis of congenital conditions.
However, the main breakthrough in establishing the significance of the dermatoglyphic analysis of the hand came with the publication of the results of the research of Harold Cummins and Charles Midlo in their seminal work 'Fingerprints Palms and Soles' in 1943.
Unusual dermatoglyphic patterns often relate to genetic disorders] One study of fetuses with chromosomal abnormalities showed that the dermatoglyphic patterns were delayed by more than two weeks
Trisomy 21 (Down syndrome): People with Down syndrome have mainly ulnar loops, and a significantly different angle between the triradia a, t and d (the 'adt angle'). Other differences often include a single transverse palmar crease ("Simian line") (in 50%), and patterns in the hypothenar and interdigital areas, lower ridge counts along digital midlines, especially in little fingers, which corresponds to finger shortening in those with Down's syndromeThere is less variation in dermatoglyphic patterns between people with Down syndrome than between controls,and dermatoglyphic patterns can be used to determine correlations with congenital heart defects in individuals with Down syndrome by examining the left hand digit ridge count minus the right hand digit ridge count, and the number of ridges on the fifth digit of the left hand.
Turner syndrome: Predominance of whorls, although the pattern frequency depends on the particular chromosomal abnormality.
47, XXY (Klinefelter's syndrome): Excess of arches on digit 1, more frequent ulnar loops on digit 2, overall fewer whorls, lower ridge counts for loops and whorls as compared with controls, and significant reduction of the total finger ridge count
Trisomy 13 (Patau syndrome): Excess of arches on fingertips and single transverse palmar creases in 60%.
Trisomy 18 (Edward's syndrome) 6 - 10 arches on fingertips and single transverse palmar creases in 30%.
Inborn blindness: Initial data points to abnormal triradius and excess of arches on fingertips Cri du chat (5p-): Excess of arches on fingertips and single transverse palmar creases in 90%.
Noonan syndrome: Increased frequency of whorls on fingertips, and the axial triradius t, as in Turner syndrome, is more often in position t' or t" than in controls. Increased incidence of single transverse palmar creases.
Astigmatism relation:
Kalangan ahli biologi genetika, menemukan fakta baru mengenai asal muasal pembentukan pola guratan sidik jari yakni:
-Dermatoglyphics is a part of the biology, containing genetics and anatomy. Prints include loops and whorls on a finger, a palm and a foot that form and grow from a germinal layer starting from 13 to 19 weeks ini an embryo periode. The fingerprint patterns are controlled by chromosomes, and geneticists have studied and proven that permutation of the prints is inherited. The number of ridge on a fingerprint is decided by genes, which do not have dominant effect, rather than enviromental
influence. (sumber:wikipedia)
Dengan demikian, adalah hal yang sangat masuk akal apabila memang ada hubungannya antara pola guratan sidik jari (yang ternyata adalah tanda genetis) dengan adanya penyakit (kelainan genetis).
Karena keduanya sama-sama bersifat genetis. Hal ini sebenarnya telah lama diketahui oleh kalangan kedokteran dimana tanda-tanda fisik tertentu seringkali mengindikasikan gejala penyakit kelainan genetis tertentu, misalnya penyakit down syndrom, dimana bisa terlihat dari bentuk wajah dan tangan penderitanya.
Kalangan kedokteran jiwa (psikiatri) juga mencoba melakukan penelitian mengenai kondisi retardasi mental dengan sidik jari, diantaranya sebagaimana yang terangkum dalam adalah:
- Dermatoglyphics in schizophrenia: the relevance of positive family history, RS Murthy and NN Wig. The British Journal of Psychiatry
- A Dermatoglyphics Study of Autistic Patients, Rothhammer, F., Pereira, G., Camousseight, A., & Bernardo, M. Dermatoglyphics in schizo- phrenic patients. Human Heredity, 1971.
Semakin banyak ilmuwan yang terus mengembangkan hubungan guratan sidik jari ini ke bidang disiplin ilmu lainnya, termasuk kalangan psikologi yang mencoba mencari korelasi pola guratan sidik jari dengan hubungan karakter seseorang, diantaranya adalah:
- Charlotte Wolff, a Physician and Psycho-analyst, the author “The Human Hands” 1942 and “The Hand in Psychological Diagnosis” 1951. Her collection of famous fingerprints: Marchel Duchamp, Marx Ernst, Man Ray, Ravel, TS Elliot, Virginia Woolf, George Bernard Shaw, and Aldous Huxley.
Dan kini, beberapa ilmuwan dan praktisi pendidikan mencoba mencari hubungan sidik jari ini untuk tujuan non-klinis, yakni untuk pengembangan pendidikan dan potensi sumber daya manusia.
Landasan logisnya sebenarnya adalah sederhana: Jika bisa diterapkan kepada orang yang sakit, maka tentu juga bisa diterapkan kepada yang sehat !
Sehubungan dengan perkembangan diatas, berkaitan dengan kehadiran fingerprint analysis (atau fingeprint test) dengan tujuan yang berhubungan dengan kepribadian dan kecerdasan adalah sbb:
Fingerprint Analysis adalah sebuah tools semata, yakni penggunaan data fisiologis berupa sidik jari, yang penggunaan dan pemanfaatannya tidak hanya sebatas untuk keperluan verifikasi identifikasi forensik saja.
Fingerprint Analysis dalam pemanfaatannya untuk keperluan yang berkaitan dengan
kepribadian dan kecerdasan yang saat ini banyak dikembangkan hanyalah sebuah
pengembangan metode sistem aplikasi yang tujuan utamanya adalah mencari hubungan
kode genetis sidik jari dengan potensi bawaan lahir seseorang (genetis). Sistem aplikasi yang disusun berdasarkan metode dan formula tertentu dimaksudkan sebagai tools interpretator kode genetis sidik jari dengan potensi bawaan lahir (inborn potentials)
Perumusan metode dan sistem aplikasi fingerprint analysis sehingga bisa
menginterpretasikan kode genetis sidik jari menjadi potensi bawaan lahir (inborn potentials) disusun secara seksama didasari referensi studi literatur, data riset ilmiah dermatolgyphic yang dipublish, serta diperkuat oleh studi empiris dan riset internal dari pengembang sistem aplikasi ini.
Karena Fingerprint Analysis adalah sebuah metode aplikasi terapan, maka Fingerprint Analysis telah dirilis oleh banyak pihak (provider/developer) yang melakukan pengembangan metode dan piranti lunak sistem aplikasinya sehingga muncul menjadi berbagai versi.
Fingerprint Analysis yang dikembangkan oleh Psychobiometric Research adalah salah satu versi aplikasi dan metode dari fingerprint analysis yang ada didunia ini.
MENGENAL LEBIH DALAM MENGENAI FINGERPRINT ANALYSIS METODE PSYCHOBIOMETRIC
Psychobiometric Research adalah sebuah lembaga pengembang sistem aplikasi software komputer biometrik untuk fingerprint analysis ini. Sebagai perusahaan IT, Psychobiometric bertugas untuk membuat sistem software aplikasi komputer biometrik untuk keperluan fingerprint analysis yang bertujuan memecahkan kode (decoding) genetis sidik jari dan menginterpretasikan menjadi sebuah bahasa yang berkaitan dengan potensi bawaan lahir (inborn potentials). Jadi pada dasarnya fingerprint analysis metode psychobiometric adalah sebuah produk software interpretator pola
guratan sidik jari yang kemudian diterjemahkan menjadi potensi bawaan lahir seseorang. Output dari software ini adalah hasil perhitungan nilai distribusi yang diterjemahkan sebagai distribusi potensi seseorang. Penyusunan formula dan metode aplikasi ini melibatkan berbagai riset penelitian dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu (interdisipliner), setidaknya dari ilmu komputer biometrik
(verifikasi), ilmu kedokteran dan neuroscience (hubungan sidik jari ke sistem saraf otak), serta ilmu psikologi biologis (menerjemahkan bahasa psikologi ke dalam content report).
Landasan formula dan metode software fingerprint analysis metode psychobiometric:
Landasan penggunaan sidik jari sebagai data sampling:
o Sidik jari merupakan data biometrik yang paling stabil dibandingkan data biometrik
lainnya.
o Sidik jari bersifat unik, individual namun klasifikatif.
o Data sidik jari relatif permanent.
Landasan teknologi scanning fingerprint analysis, sistem pengklasifikasian, dan
penghitungannya:
o Sistem Pengklasifikasiannya menggunakan sistem Henry, sebuah metode
pengklasifikasian yang dipakai saat ini di bidang identifikasi forensik.
o Teknologi scanning menggunakan sistem fingerprint scan biometrik dari U are U,
Digital Persona, Verifinger dan software pengembangan dari psychobiometric.
o Metode penghitungan sidik jarinya, berlandaskan pola penghitungan seperti yang
dipakai pada AFIS, software standar FBI/Interpol, Ridgecounter, serta software
pengembangan dari Psychobiometric sendiri.
o Metode penghitungan sidik jarinay juga dikombinasikan dengan teori Pattern
Intensity dari Harold Cummins.
Landasan penginterpretasian hubungan hasil perhitungan sidik jari ke fungsi otak:
o Teori-teori perihal ditemukannya fungsi-fungsi bagian otak:
Teori Triune Brain, yang dikemukakan Paul D McLean
Teori Brain Hemisphere & , yang dikemukakan Roger W Sperry
Fungsi-fungsi lain di area lobus cerebral oleh kalangan neuroscience berdasarkan pemindaian MRI, PET dan CT Scan.
o Sebagaimana telah diketahui bahwa pada area tangan, terdapat simpul syaraf yang
paling banyak dan terhubung ke otak. Hal ini dikarenakan organ tangan memiliki
fungsi yang kompleks, mulai dari memegang, mengoperasikan, menulis dsb.
o Berdasarkan temuan bahwa otak bagian kanan terhubung dengan syaraf organ
bagian kiri, vice versa. Dari sini melahirkan interpretasi hubungan sidik jari yang ada pada tangan kanan terdapat korelasi dengan otak belahan kiri, dan sidik jari yang
ada pada tangan kiri terdapat korelasi dengan otak belahan kanan.
o Hubungan ke 10 jari pada area lobus-lobus otak berdasarkan literasi kedokteran di
China dan studi empiris para peneliti dermatoglyphic.
o Landasan hubungan pertumbuhan guratan sidik jari ke otak, berdasarkan temuan
teori Nerve Growth Factor dan Epidermal Growth Factor, dari Dr. Rita Levi
Montalcini dan Dr. Stanley Cohen. 1986.
Landasan penginterpretasian hubungan fungsi otak ke potensi bawaan lahir:
o Personality Theory, diketahui bahwa otak kanan memiliki kecendrungan fungi yang
dominan ke arah Extraverted, Intuiting, Feeling, dan Perceiving, dan otak kiri
memiliki kecenderungan fungsi yang dominan Introverted, Facts, Sensing, dan
Judging.
Tipologi Carl Guztav Jung
Tipologi ala MBTI dan DISC (yang merupakan pengembangan dari Tipologi
Jung)
o Learning Style Theory, diketahui bahwa area lobus cerebral parietal, temporal, and
occipitalis memilki hubungan dengan fungsi gerakan/sentuhan, pendengaran, dan
pengihatan.
VAK Theory
Abstract & Concrete Thinking Theory
Convergent & Divergent Thinking Theory
o Potentials of Multiple Intelligences
Multple Intelligence Theory, Dr Howard Gardner.
o Penginterpretasian hubungan fungsi otak ke potensi bawaan adalah dengan cara
melakukan perhitungan dan pengklasifikasian 10 sidik jari ke arah lobus-lobus
cerebral, kemudian hasil perhitungannya didistiribusikan secara persentatif. Setelah
itu dicari mana area yang nilainya yang paling dominan.
(catatan: penggunaan teori-teori diatas, sebatas bagaimana mengklasifikan permasalahan karakter dan potensi kecerdasan. Tidak dimaksudkan sebagai alat ukur dari teori yang dimaksud)
Akurasi (Validitas & Reliabilitas) fingerprint analysis metode psychobiometric:
Validitas
o Validitas Landasan Teoritis, bahwa penginterpretasian potensi dan area psikologis
menggunakan teori-teori yang sudah ada dan telah diakui secara umum.
o Validasi korelasi pengukuran dengan alat test lainnya, ditemukan ada korelasi
dengan alat pengukuran psikologis lainnya. Bagaimanapun, area pengukuran pada
fingerprint analysis sebenarnya memiliki sudut pandang yang berbeda dengan
psikometri, terutama dari sudut datanya, fingerprint analysis menggunakan data
biologis (biometri) yang kemudian diinterpretasikan ke arah kecendrungan prilaku,
sementara psikometri menggunakan data respon dari prilaku yang kemudian
disimpulkan. Fingerprint Analysis dibatasi tujuannya untuk mengukur aspek yang
bersifat bawaan (genetis), dan tidak mencakup aspek yang dipengaruhi oleh
lingkungan (nurturance).
o Berdasarkan feedback dari lebih 75.000 klien yang telah menggunakan fingerprint
analysis metode Psychobiometric ini, diatas 75% menyatakan puas dan bisa
menerima hasil dari report analysis.
Reliabilitas
o Dari sumber data sampling, fingerprint analysis menggunakan data yang sangat
akurat sebagai penanda individual seseorang secara genetis, Data sampling
menggunakan fingerprint, diakui sebagai data yang paling akurat untuk skala
pengukuran biometrik.
o Proses pengalahan data, menggunakan proses kalkulasi quantifikasi dari hasil
ekstraksi data fingerprint, dimana keterlibatan human-analyst sangat minim karena
hanya berfungsi sebagai peng-verifikasi saja. Proses kalkulasi dilakukan secara
system komputer.
o Pengujian test dan re-test memiliki klaim akurasi 85% untuk proses analisa metode
reguler, dan lebih dari 65% metode instant. Masih adanya perbedaan test dan retest
ini disebabkan oleh:
Kualitas data sampling fingerprint dari testee yang memang memiliki
kualitas yang kurang baik.
Nilai RCC (ridge-count coherence) fingerprint dari testee dari ke-10 jarinya
yang memiliki skala perbedaan distribusinya yang sangat rendah (testee
kategori distribusi potensi rata-rata seimbang).
o Kesalahan Human Error, dimungkinkan terjadi
Kesalahan dalam pengambilan dan penamaan data fingerprint dari 10 jari
testee (proses taking dan data input), terhadap kemungkinan hal ini, maka
diperlukan proses verifikasi kehandalan dari seorang operator taking
sample.
Kesalahan analyst dalam memverifikasi data sampling. Namun untuk proses
analisa metode reguler, hal ini telah diminimalisir dengan melakukan
pengujian dan analisa multi tahap.
Bagaimana kehandalan dari fingerprint analysis metode psychobiometric.
Sudut pandang potensi (strengths & weaknesses)
o Hasil dari analisa report selalu berkonotasi POSITIF, tidak ada judgement bahwa
seseorang adalah bodoh, lemah dsb.
o Hasil dari analisa report tidak pernah membandingkan seorang individu dengan
individu lainnya. Skala yang digunakan adalah distribusi dalam dirinya sendiri. Tidak
ada seseorang yang lebih cerdas dari orang lain dari sisi potensi bawan lahirnya.
Yang ada adalah, potensi manakah dalam diri seseorang yang lebih dominan.
o Dalam metode Psychobiometrc. Potensi diinterpretasikan dari segala aspek yang
berkaitan dengan sistem sensomotorik dalam tubuh. Terdapat 2 (dua) kategori:
Potensi Reflective Responses dan Potensi Analytical Responses. Dari dua sudut
pandang kategori ini, maka bisa diklasifikan mana yang termasuk kekuatan
(strentghs) dan kelemahannya (weaknesses). Bagaimanapun, sudut pandang
keduanya adalah sama baiknya dan sifatnya masih berupa potensi yang melahirkan
kecenderungan-kecenderungan (drives).
Comprehensive, actual, updatable and adaptative report
o Report dari metode psychobiometric disajikan secara komprehensif, transparantif,
namun tidak memberikan judgment dan solusi/keputusanyang konkret. Hal ini
dikarenakan alasan etika bahwa bagaimanapun data-data hasil analisa hanya
bersifat referensial, dan seorang konsultan bisa membimbing testee untuk
memutuskan apa yang terbaik menurutnya untuk dirinya sendiri.
o Report dari metode psychobiometric bersifat aktual dengan social trend saat ini. Apa yang disampaikan dalam report, isinya berkaitan dengan pemahaman persoalan-persoalan yang aktual di masyarakat. Juga, bahasa yang disampaikan relatif
dipermudah (disederhanakan) tanpa mengurangi makna, agar masyarakat awam
bisa memahami dan memanfaatkannya lebih efektif.
o Psychobiometric Research senantiasa melakukan observasi pasar dan mengikuti tren
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang berkembang sangat
cepat dan dinamis. Oleh sebab itu, produk analisa serta metode dan teknologi yang
digunakan terus mengalami update-tisasi.
Sinkronisasi
o Hasil dari report analisa fingerprint analysis dengan metode psychobiometric ini
diharapkan memiliki sinkronisasi dengan referensi lain semaksimal mungkin; hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kebingungan testee dalam menerima banyak
referensi dari banyak tools. Walaupun demikian, ketidak sinkronan mungkin saja
terjadi apabila sudut pandang tools lain memiliki sudut pandang yang berbeda
dengan metode yang dikembangkan psychobiometric ini.
Efisien
o Berdasarkan kondisi kebutuhan masyarakat saat ini, maka efisiensi sistem sangat
dibutuhkan. Metode fingerprint analysis dari psychobiometric memiliki keunggulan
dalam hal waktu, biaya, serta proses yang lebih efisien tanpa mengurangi kualitas.
KONTROVERSI MENGENAI FINGERPRINT ANALYSIS
Sebagai sebuah metode yang relatif masih sangat baru, maka wajar apabila mengundang pandangan kritis dan kehadiran pihak-pihak yang kontroversial. Keadaan ini perlu ditanggapi secara positif dan justru bisa menjadi acuan untuk pengembangan fingerprint analysis menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Seputar isu kontroversial terhadap kehadiran fingerprint analysis yang mengemuka, diantaranya adalah:
Terhadap pihak yang mempertanyakan keabsahan landasan penelitian keilmiahannya;
tanggapannya adalah:
o Adalah tidak benar jika dikatakan bahwa fingerprint analysis ini tidak ada landasan
ilmiahnya. Banyak referensi dan hasil penelitian yang telah di published seputar
fingerprint analysis (dermatoglyphic), hanya saja kebanyakan penelitian-penelitian
tersebut masih berupa landasan teoritis yang belum menjadi sistem aplikasi dari
fingerprint analisis yang seperti sekarang.
o Landasan penelitian dari fingerprint analysis melibatkan interdisipliner, tekait
dengan ilmu biometrik, kedokteran/neuroscience, dan psikologi. Oleh karena itu
diperlukan pemahaman yang komprehensif dari hubungan ketiga ilmu tersebut.
o Perlu diakui, bahwa penerapan/aplikasi dari fingerprint analysis masih terbilang
relatif baru (jika dibandingkan dengan tools lainnya), sehingga penelitian saat ini
masih belum final, dan terus dilaksanakan riset mengenai hal ini. Namun,
sehubungan dengan laporan dari riset yang menyatakan bahwa penggunaan
fingerprint analysis ini sudah diketahui ada perkembangan hasil yang signifikan
dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, maka metode
ini sudah bisa dipakai dan dimanfaatkan. Lagi pula, hingga saat ini belum ditemukan
fakta-fakta mengenai efek negatifnya perihal penggunaan hasil referensi fingerprint
analysis dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia,
Terhadap pihak yang mempertanyakan akreditasinya; tanggapannya adalah:
o Fingerprint Analysis bukanlah alat/tools psikologi. Fingerprint analysis adalah sebuah sistem aplikasi terapan dari penggunaan teknologi biometrik untuk
menginterpretasikan potensi kerja otak yang kemudian dibahasakannya dalam
bahasa-bahasa psikologis. Dengan demikan, fingerprint analysis bukanlah termasuk
ranah Psikometri melainkan termasuk kategori Biometrik. Dengan demikian, maka
fingerprint analysis tidak termasuk verifikasi psikometri. Sekalipun hal itu dilakukan, maka tujuannya adalah mencari korelasi dari dua alat ukur yang berbeda. Bukan sebagai penguji validasi alat ukur satu dengan alat ukur lainnya.
o Fingerprint Analysis tidak termasuk yang bisa di akreditasi dari lembaga, society dan lembaga akademis bidang psikologi barat, khususnya Asosisiasi Psikologi Amerika
(APA). Namun demikian, bukan berarti tidak memiliki landasan ilmiah karena pada
dasarnya, sains adalah miliki siapapun tidak harus didominasi oleh kelompok manapun. Hal yang menggembirakan adalah, fingerprint analysis dan biometrik lainnya telah mulai ada lembaga dan society yang menaunginya, diantaranya IBS (International Biometric Society) dan IBMBS (International BioMedical Behavior Society) yang berpusat di Amerika Serikat, namun perlu diingat bahwa kehadiran lembaga/society ini bukan dalam rangka untuk memverifikasi.
o Untuk sistem pengklasifikasian dari Fingerprint analysis dan sistem software-nya
sendiri, telah mendapatkan verifikasi international, karena sistem yang digunakan
sama dengan yang dipakai oleh FBI/kepolisian, maupun sofware untuk verifikasi
identitas passport, absensi dsb. Psychobiometric pada dasarnya hanya
mengembangkan dari sistem software yang sudah ada dan terverifikasi tersebut.
Terhadap pihak yang mempertanyakan akurasinya, validitas dan reliabilitasnya;
tanggapannya adalah:
o Ada pihak yang mempertanyakan akurasi, namun belum sepenuhnya paham
mengenai sistem akurasi, terutama berkaitan dengan validitas dan reliabilitasnya.
o Umumnya kalangan awan mengetes akurasi fingerprint analysis dengan kecocokan
kondisi aktual saat ini, hal ini memiliki kesalahan konsep yang jelas, karena
fingerprint analysis hanya melihat aspek genetis dan yang bersifat potensi bawaan
lahir (inborn potentials), sementara kondisi aktual kepribadian seseorang
dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan yang tidak termasuk dalam variable
pengukuran fingerprint analysis. Namun, sebagian dari kepribadian seseorang, tetap
bisa dilihat dari hasil fingerprint analysis, khususnya adalah kecenderungan-kecenderungan perilaku bawah sadar. Oleh sebab itu, banyak responden yang
menyatakan cocok dengan perilaku saat ini, dikarenakan potensi bawaan lahirnya
(bawah sadar) tidak banyak terkontaminasi dengan perbedaan faktor lingkungan.
Sebaliknya, beberapa responden yang memiliki hasil berbeda dengan kondisi aktual,
mengakui telah mengalami proses penyesuaian (adjusment) dengan stimulasi
lingkungan.
o Berdasarkan studi pengujian yang dilakukan internal, maka psychobiometric
mengklaim akurasi sistem, berkaitan validitas dan reliabilitasnya dengan hasil cukup
baik (diatas 65%-85%).
Terhadap pihak yang mempertanyakan kedudukan, fungsi dan pemanfaatannya;
tanggapannya adalah:
o Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa fingerprint analysis bukanlah alat test
psikometri, bukan pula alat untuk justifikasi dan alat vonis.
o Fingerprint Analisys lebih kepada sebuah alat interpretasi potensi kepribadian dan
potensi bawaan lahir lainnya. Yang perlu dijadikan tolak ukur adalah seberapa besar
gambaran hasil analisis report bisa diimplementasikan sebagai referensi terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi serta referensi untuk pengembangan selanjutnya. Apakah hasil dari fingerprint analysis ini bisa merekomendasikan sebuah referensi yang bermanfaat, dan apakah gambaran tersebut dirasakan manfaatnya dan sesuai dengan kondisi biologis saat ini.
o Dengan demikian, kedudukannya bisa disejajarkan dengan alat peng-eksplorasi
lainnya seperti test gambar, tulisan, kuestioner dsb. Hanya data samplingnya yang
berbeda. Pada fingerprint analysis lebih pada data yang bersifat biometrik dari aspek
fisik biologis, bukan pada respon perilaku. Fingerprint analysis juga bersumber data
yang bersifat tetap dan stabil karena fingerprint bersifat genetis dan tidak pernah
berubah. Bagaimanapun, metode Fingerprint Analysis bukanlah alat satu-satunya
yang terbaik. Semua alat dan metode memiliki keunggulan dan kekurangannya
masing-masing. Akan sangat lebih baik apabila berbagai metode dan alat test bisa
digunakan secara sinergi dalam rangka mencari rekomendasi terbaik dan saling
melengkapi kekurangan yang ada pada masing-masing tools.
o Pemanfaatan fingerprint analysis telah lama digunakan pada sistem verifikasi dan
identifikasi forensik. Sementara untuk pemanfaatan di bidang pendidikan dan
pengembangan sumber daya manusia memang relatif masih baru. Kendati
fingerprint analysis bukanlah alat ukur psikologi, dikarenakan aspek-aspek dalam
content report banyak yang mengandung pengertian dibidang ilmu psikologi, maka
proses konsultasi sebaiknya dilakukan oleh psikolog dan atau orang-orang yang
berkompeten. Sementara proses pengukuran dan penghitungan tetap merupakan
bagian pihak IT biometrik. Untuk keperluan lebih jauh yang bersifat klinis, maka
penanganan perlu dilakukan oleh dokter dan psikolog klinis.
Terhadap pihak yang mempertanyakan etika dan komersialisasi fingerprint analysis ini;
o Adalah persoalan klasik, ketika ada sebuah metode baru yang prospektif karena
merupakan harapan dan kebutuhan pasar, fingerprint analysis tidak terlepas dari
upaya-upaya komersialisasi. Namun hal tersebut adalah wajar, dan tidak perlu
terlalu dikhawatirkan selama tidak mengandung unsur penipuan, maupun hal-hal
lain yang bisa menimbulkan kerugian kelak di kalangan penggunanya. Mengenai
tuduhan bahwa fingerprint analysis dijual dengan harga sangat tinggi, maka
sebenarnya persoalan harga terletak pada kondisi market, berkaitan supply and
demands. Ditambah lagi, faktor teknologi dan aplikasinya yang berkaitan dengan
HAKI, biaya research, dan operasional menjadi bahan pertimbangan itu semua.
Perlu diingat, bahwa yang dijual adalah produk dan jasanya, bukan pada
knowledges-nya. Termasuk tidak ber-etika, apabila developer fingerprint analysis
tidak melakukan transparansi mengenai basic knowledge formulasi dan metode
pengukurannya.
o Berkaitan dengan masalah etika, maka fingerprint analysis haruslah disampaikan apa
adanya tanpa melebih-lebihkan fakta yang ada. Fingerprint analysis hanyalah sebuah
tools untuk mengeksplor potensi bawaan. Bukan yang lain. Fingerprint analysis tidak
bisa untuk mengukur kecerdasan, mengukur kepribadian, mengetahui masa depan
dsb. Perlu diingat, potensi bawaan mengandung banyak variabel. Fingerprint
hanyalah berbicara dari satu variable saja. Sangat dimungkinkan ada banyak variable
lain yang bisa dieksplorasi selain dari fingerprint.
o Berkaitan dengan penyalahgunaan etika, seperti etika berbisnis, etika konsultasi dsb, maka hal tersebut sebaiknya dipisahkan dengan permasalahan metode fingerprint
analysis itu sendiri.
Terhadap pihak yang mempertanyakan mana fingerprint analysis yang asli dan yang palsu.
o Fingerprint Analysis adalah sebuah metode dan sistem aplikasi yang bersumber dari
penelitian dan riset yang dilakukan banyak ilmuwan di dunia ini. Sehingga siapapun
berhak untuk mengembangkan metode ini selama memiliki landasan ilmiah yang
jelas, dan jaminan faktor originalitas dari karya tersebut. Ketika ada vendor yang
mengeluarkan produk yang bersifat plagiat, dan tidak melakukan riset software
sendiri serta tidak didukung oleh penguatan riset internal, maka itulah yang perlu
diragukan keabsahannya.
o Sistem aplikasi dan metode fingerprint analysis juga tidak berarti bahwa produk dari
negara tertentu lebih baik dari negara lain. Bahwa harga tertentu lebih baik dari
harga yang lebih murah. Terhadap penilaian kualitas, maka sepenuhnya klien-lah
yang menentukan.
SARAN-SARAN PENGEMBANGAN
Fingerprint Anaysis adalah sebuah metode alternatif baru yang memberikan harapan yang lebih baik bagi perkembangan peradaban manusia. Marilah kita tanggapi pro dan kontranya secara arif dan bijaksana. Pelajari kelemahannya karena keterbatan yang ada, namun terus kembangan kemampuan yang ada untuk lebih lanjut mengekplorasi mengenai metode fingerprint analysis ini. Alangkah tidak etisnya apabila ada pihak yang ingin menghentikan tujuan ini. Ketika menemukan sesuatu kelemahan metodologi dan landasan ilmiahnya, akan lebih baik apabila bisa memberikan solusi perbaikan. Terkecuali, apabila terdapat bukti yang sangat kuat bahwa fingerprint analysis ini memberikan dampak yang negatif di masyarakat penggunanya.
Output utama dari fingerprint anaysis adalah referensi-referensi yang bisa
merekomendasikan peningkatan pendidikan dan potensi sumber daya klien. Oleh sebab itu
jadikanlah hal ini sebagai tolak ukur utama, tidak harus melulu pada persoalan
keilmiahannya proses, sistem dan metodenya.
Seluruh pelaku fingerprint analysis, hendaknya memegang kode etik berkaitan dengan
produk yang dikembangkannya.
Perlunya publikasi dan upaya edukasi yang intensif kepada masyarakat perihal kedudukan dan pemanfaatan fingerprint analysis ini sehingga tidak terjadi kesalahan cara pandang.
7 Things Why does the Fingerprint Analysis must go on? (sekedar bahan renungan)
1. Kami percaya bahwa setiap anak terlahir untuk bisa menjadi jenius; setiap anak bisa menjadi cerdas, hanya terdapat perbedaan gaya belajarnya saja, mana yang bisa
mengaplikasikan gaya belajarnya secara efektif, dan mana yang tidak. Gaya belajar adalah bawaan lahir dan bersifat genetik, karena terkait dengan sistem pancaindra dan proses dorongan mental seseorang. Oleh karenanya gaya belajar adalah unik, seunik sidik jarinya.
2. Kami percaya bahwa setiap anak adalah unik, adalah kewajiban setiap orangtua, guru dan siapapun untuk bisa memahami mereka;
3. Kami menyadari, bahwa perkembangan kehidupan memerlukan kemampuan untuk survival.
Hanya orang-orang yang unggul lah, yang bisa survive di masa mendatang; hanya orangorang tertentu lah yang bisa survive, yakni mereka yang mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
4. Kami menyadari, bahwa dimasa yang akan datang, akan banyak persoalan mengenai
sumberdaya manusia, berkaitan dengan masalah pengangguran dan ketidak optimalan
proses pendidikan serta ketidakproduktifannya seseorang dikarenakan tidak mengenal dan memiliki potensi serta keahlian yang handal. Jika semua orang mengoptimalkan sesuai dengan potensinya masng-masing, maka kecil kemungkinan potensi tersebut tidak
tersalurkan dalam pekerjaan.
5. Kami menyadari bahwa potensi bawaan itu ada, sekaligus sadar bahwa faktor lingkungan juga mempengaruhi perkembangan seseorang. Namun, kami berfikir lebih mudah untuk mengkondisikan lingkungan ketimbang merubah siapa sejatinya kita.
6. Kami menyadari kami punya potensi bawaan, dan jika distimulasi terus, maka akan menjadi kelebihan kami, kami ingin dikenal karena kami memiliki potensi sesuai dengan diri kami, oleh karena itu kami butuh identitas, identitas kami adalah potensi bawaan lahir kami.
7. Kami memahami bahwa fingerprint analysis tidak meramal masa depan, dan kami tidak
butuh ramalan, kami percaya masa depan adalah kami yang menentukan, melalui
optimalisasi potensi yang kami bawa sejak lahir. Yang kami butuhkan adalah sebuah
keyakinan mencapai kesuksesan.
Jika fingerprint analysis ini salah, lalu apa identitas potensi bawaan lahir kami? Adakah cara lain yang lebih akurat untuk mengetahui itu? Apa lagi yang harus kami yakini perkara siapa diri kita?
Bandung, 27 Mei 2011
Andrian Benny Hidayat,
Praktisi Finger Print Analysis, Psychobiometric Research
Comments