CRACKING THE GENETIC CODE

Isi tulisan Hal. 31-32 dari Buku Dahsyatnya Sidik Jari, Menguak Bakat dan Potensi untuk Merancang Masa Depan Melalui Fingerprint Analysis, oleh Ifa H. Misbach (Psikolog) dan Tim Psikobiometrik Research, Penerbit Visimedia.

Pertanyaan klasik yang sering muncul adalah apakah kepribadian seseorang itu lebih dominan dipengaruhi oleh sifat bawaan (nature) atau lingkungan (nurture). Nature mewakili warisan biologis seseorang, sedangkan nurture mewakili pengalaman lingkungannya. Perkembangan tahapan setiap anak manusia tidaklah hanya dapat dijelaskan oleh nature saja ataupun nurture saja. Namun ada perbedaan faktor mana yang paling dominan mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang dari dua faktor tersebut.

Dalam konteks nature, kepribadian seseorang dipengaruhi oleh struktur genetis. Pengaruh nature bersifat genetis, berkaitan dengan struktur DNA yang bersifat menurun. Setiap anak terlahir dengan ragam kombinasi struktur DNA yang diwarisi dari oranguanya. Dengan demikian, wajar jika setiap anak yang terlahir tidaklah sama. Perbedaannnya bukan hanya terlihat pada wujud fisik, tetapi juga secara karakteristik, yang muncul akibat kerja struktur biologis yang memiliki kekhasan masing-masing.

Struktur genetis seseorang merupakan cetak biru (blue print) kekuatan dan kelemahan seseorang serta merupakan “kode” setiap individu sebagaimana adanya. Dengan memecahkan kode genetis tersebut, berarti seseorang telah mendapatkan informasi yang sangat akurat mengenai siapa dirinya sebenarnya. Kode genetis mencerminkan kepribadian nature seseorang yang merupakan inti padat dari sifat-sifat yang mencerminkan esensi unik setiap manusia, yang dinamakan trait. Menginterpretasikan kode genetis akan membantu seseorang mengenali jati diri secara lebih akurat dan presisi. Dengan mengenali jati diri, seseorang akan tahu bagaimana memandang tujuan hidup.

Ketimbang mencari tahu jati diri dengan metode-metode eksperimen yang melelahkan, ada baiknya kita berusaha untuk “lansung membaca” kode genetis yang ada dalam diri kita. Kita terlahir bersama kode genetis tersebut. Penelitian neuroscience (otak dan fungsinya), ilmu genetika, dermatoglyphics, dan ilmu psikologi perkembangan semakin memperkuat interpretasi untuk mendapatkan referensi yang akurat siapa sesungguhnya diri kita. Namun terkadang mengetahui kode genetis membuat kita untuk cenderung memberikan diagnosis prematur atau self-fulfilling dan hal tersebut perlu diantisipasi sejak awal.

Itulah isi halaman 31-32 buku “Dahsyatnya Sidik Jari”
Nantikan pembahasan berikutnya, terima kasih.

Salam,

Jakarta, 30 September 2011
Elsa Sidik Jari
Cabang dari Psychobiometric Data Solusindo

Comments

Popular posts from this blog

Lokasi & Kontak

Tes Bakat Minat Online -Tes Bakat Sidik Jari