HUBUNGAN POLA SIDIK JARI DENGAN OTAK

Pola sidik jari terbentuk sejak janin dalam kandungan usia 13 minggu – 19 minggu. Pola sidik
jari juga bersifat herediter/diturunkan dari orang tuanya. Pola sidik jari dipengaruhi oleh DNA
seseorang.
Pada th 1986, telah dilakukan penelitian oleh Dr. Rita Levi Montalcini dan Dr Stanley Cohen,
tentang adanya korelasi antara Nerve Growth Factor (NGF) dan Epidermal Growth Factor
(EGF). Pada penelitian ini ditemukan korelasi antara pola garis epidermal kulit dengan sistem
pertumbuhan saraf yang menunjukkan terdapatnya hubungan pola sidik jari dan otak
Seperti kita ketahui sistem saraf pusat itu terhubungkan dengan bagian bagian dari otak. Dan
otak merupakan pusat semua aktifitas fisik dan mental seseorang. Setiap bagian bagian otak
pada area pre frontal, frontal, occipital, parietal dan temporal mempunyai fungsi fungsi yang
berbeda dan kekuatan/dominansi yg berbeda. Sehingga logis bila pola pola sidik jari sesorang
itu bisa memanifestasikan kerja dari bagian bagian otak tersebut.
Namun memang apa yg terekam pada sidik jari sekarang, tidak 100% merupakan manifestasi
sesorang saat itu. Karena faktor pembentukan/pendidikan oleh lingkungan juga ikut berperan.

Jakarta, 15 mei 2011
Dr Syailendra WS. SpKJ.

*************************************************************************************


APAKAH SUDAH PERNAH ADA YANG MELAKUKAN PENELITIAN ILMIAH DENGAN
MEMANFAATKAN METODE SIDIK JARI?
Sidik jari saat ini menjadi topik hangat yang diperdebatkan mengenai keabsahan ilmiahnya.
Namun, perlu dipahami bahwa pemanfaatan sidik jari juga sudah dipergunakan dari dahulu. Hal
ini dilakukan oleh Zhai Guijun, dalam makalahnya “Report on Study of Multivariate Intelligence
Measurement through Dermatoglyphic Identification” Beijing Oriental KeAo Human Intelligence
Potential Research Institute Zhengzhou DongFangZhou Intelligence Measurement &
Consultation Research Center Wuhan University Oriental Intelligence Research & Test Center
yang dipublikasi pada 15 april 2006.
Berikut kutipan pernyataan yang dibuat oleh Zhai Guijun dalam makalahnya :
“I started to study the correlation of dermatoglyph (fingerprints) and human intelligence in
1988. Through 19-year continuous efforts, I have established a preliminary systematic method
for intelligence measurement through Dermatoglyphic identification. I have successively made
study, measurement and sampling of over 40 thousand people in 25 regions of China, and
gradually improved the practice and theory of Multivariate Intelligence Measurement through
Dermatoglyphic Identification, as well as made it highly reliable and effective. The method of
Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification passed the
Science and Technology Achievement Appraisal (YKYCZ9212) by Henan Academy of Sciences
on October 4, 1992, and also passed the demonstration jointly presided by the Genetics Society
of China, the Working Committee for Popular Science Activities under China Psychological
Society, and the Working Committee for Health Care of Women and Children under China
International Exchange and Promotive Association for Medical and Health Care (CPAM) on
April 15, 2006.
Zhai Guijun mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan sidik jari dalam penelitian ini hasil
yang ia peroleh relatif konsisten dengan angka reliabilitas 0.798, 0.725, 0.840, and 0.381
dengan melakukan pengukuran pada anak-anak sekolah dasar. Validitasnya adalah 0.995.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini :
The study on multivariate intelligence measurement through dermatoglyphic
identification (finger print) makes physiological and physical measurement of human
intelligence possible. It is most likely an easily workable and accurate intelligence
measurement before people can make precise determination of human intelligence from
gene level. It is possible to become the latest generation of intelligence measurement
methods in succession to “Assessment Scale”. Multivariate intelligence measurement
through dermatoglyphic identification is capable to accurately identify the intelligence difference
and personality difference of individuals. Therefore it may be used by schools or institutions in
making appropriate selection of different talents. Dermatoglyph is the external existence of
human genes and brains, and may also be considered as a representation of DNA sequence.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan Zhai
Guijun, finger print analysis dapat dijadikan sebagai salah satu metode untuk mengukur potensi
yang dimiliki oleh individu.

Bandung, 15 Mei 2011
Efnie Indrianie,M.Psi,Psikolog

Comments

Popular posts from this blog

Mengetahui Potensi Bakat dan Kecerdasan Anak anda